Hai semua pemirsa blog yang kebanyakan pembacanya sedang dalam kondisi “nganggur”, selalu fun fun aja kan…? Hmmmm… hari ini saya mau ngomongin apa ya…? Lagi buntet soalnya hidung gue, pusing juga nih kepala gue..huuffftt. Tak ada niatan buat nulis sih hari ini, ya hanya sekedar pengen coret-coret di dinding virtual maya ini saja. Owh iya ngomongin masalah yang dipermasalahkan saja kali ya…?,,,hehehehe
08.12.2015
20.00 waktu Indonesia dan sekitarnya
Lagi bosen aja hari ini,
ga tau kenapa rasanya hari ini seperti dunia seakan tak berpihak lagi pada
nasibku, “nasib…? Emang lo siapa sampe dunia mikirin nasib lo..?”, setan
bersautan, sirik kali ya mereka denger gue ngoomong gitu. Tapi apa salahnya
kalau gue pengen dunia ini perhatian sama nasib gue…?, ya habis manusia pun
sudah ga betah perhatian sama gue, ga tau juga kenapa.
Hari demi hari aku lewati,
dan selalu sepi bagai langit tak berhias,“lho emang bintang sama bulan lagi
pada kemana..?”, Tanya setan, “lagi kondhangan tan, kan matahari lagi nikahin anaknya”,
jawabku. Hahhhh aneh aneh aja ada yang nyaut suaranya. Ahhhh dari pada
ngedengerin suara-suara ga jelas, mending gue molor aja…Gnight…..
Ke esokan harinya....
09.12.2015
Gue bangun sekitar jam
08.00 pagi ini dan ga jelas mau ngapain. Disaat yang lain sibuk menabung
suaranya di TPS domisili masing-masing, gue malah asyik bengong terus diem di
tempat tidur sambil natapin langit-langit atap yang terbuat dari kayu dan
susunan genteng yang tersusun atas koordinatnya, ya memang di domisili gue lagi
ga ada PILKADA. Masih belum jelas mau ngapain akhirnya gue terbangun dari
tempat yang membuatku mati suri semalem dengan meninggalkan bekas pegal di area
tulang belakangku. Ku ambil gelas piring kotor sisa tempat makan hari kemarin,
mulailah ku sikat bersih semua noda yang masih nyaman dalam perabotan rumah
tangga. Bingung juga campur kesel seperti es campur pak tatang di sebrang
jalan, gue lalu dorong motor ke depan kamar mandi dan mulai kusiram dengan air
sabun yang licin bagi raga ini yang mudah sekali tergelincir dalam lautan
asmara…hahahaha, “memangnya ada lautan asmara..?itukan cuma kata kiasan”,
pikirku. Akhirnya setelah gue selesai dengan si mesin baja bergerak ini,
terfikir untuk sejenak jalan-jalan manjakan raga dan fresh kan pikiran agar tak
berlama-lama merasakan nyamannya bosan hanya karena terus terkurung dalam kandang
segi empat yang mengkotak-kotakkan aliran nalar gue. Pikir, mikir, pikiran dan
kepikiran, “kenapa gue ga ke situs candi purbakala saja ya,kan seru kayaknya”,
batinku. Yah sudah diputuskan mau kemana gue hari ini, ke tempat dimana
arkeolog seni karya purbakala berada, Candi Sukuh
tepatnya. Tempat ini memang tak begitu ramai dibandingkan dengan kawan candinya
yang terletak masih lumayan dekat dari si Sukuh ini.
Okey tanpa berlama-lama
gue mandi dan bergegas dandan lalu segera “budal”. Di perjalanan menuju tempat
wisata ini, sambil mendengarkan lagu lewat headset(kebiasaan gue), gue nikmati
alunan semilir angin sawah yang berhembus kedaratan jalan sambil bernyanyi
dengan lantangnya ku bersuara. Karanganyar-
Bejen-Popongan-Karangpandan-Girimulyo- dan setelah melewati alur lintas
trabas tersebut sampailah saya pada sebuah bangunan kuno yang terletak di
perbukitan kaki gunung Lawu. Lantas gue
parkirkan si mesin baja bergerak ini dan langsung menuju ke loket pembayaran.
Selesai melakukan transaksi sala langsung menuju situs candi tersebut. Baru
sampai gapura, saya sudah disuguhkan dengan tumpukan-tumpukan batu yang
tersusun ala kadarnya, yah maklumlah sudah berpuluh-puluh ribu tahun terbentuk dan
sudah mengalami beberapa renovasi rehabilitasi yah sekarang tinggal kenangannya
saja, bahkan 75% bangunan ini adalah replica dan bukan asli. Tentang dimana dan
kemana bangunan yang asli itu jangan tanyakan gue, karna gue bukan ‘abdi dalem’ atau pengelolanya, yah
mungkin di curi atau di jual ke luar negeri oleh oknum-oknum jahil yang mata
duitan.
Tenang nyaman damai
kurasa, slalu kata itu yang tertuang bila aku sedang maen ke suatu situs
pariwisata. Disini gue tak berniat tuk menikmati peninggalannya namun lebih ke
bagaimana cara tuk lepaskan penat batin yang selama ini telah tertimbun jutaan
rasa yang tak terutarakan bahkan telah menggunung tinggi menjuntai awan, yah
gunung pengharapan semata. Karena disini tempatnya sejuk nyaman dan tenang,
mungkin inilah tempat yang pas untuk ku tuangkan kesepian yang selama ini
kurasa. Keseringan sendiri jadi gue lupa bagaimana cara masuk dan hanyut dalam
sebuah keramaian. “yah nikamatin aja”, kataku.
Setelah asyik berkeliling
situs candi yang memang tak seberapa luas ini, singgahlah gue di suatu ‘gubug’
warung yang tak begitu ramai pembeli. Ku pesan satu es teh manis dan sate
kelinci pada penjual.
“buk, pesen es teh dan
satenya”, teriakku.
“iya mas, sebentar”,
sahut penjual.
Sambil menunggu pesanan tiba,
terbesit kata-kata dalam otak ku yang sedari tadi bekerja tuk ciptakan sebuah
karya imajinatif. “Hmmmmm…apa ya…?”, kataku, memilah memilih putar kepala
tunduk ke tanah liat suasana sekitar, okelah sudah terbentuk rancangan syair.
Awan mendung kilau mentari
Tak kuasa menahan
daya tarik nusantara
Begitu megah bangunan
gaib terbentuk
Begitu dalam rasa
tercurah
“mas mas ni pesenan
sudah siap santap”, kata ibuk penjual mengagetkanku.
“owh iya buk, makasih
nggih”, jawabku singkat, lalu kulanjutkan khayalanku.
Terlintas benak,
benak penguasa
Terukir jelas jalan
alur dunia
Dalam baris batu
membisu bercerita
Tuangkan imajinasi
masuk kedalam masa lalu
“suurrrrppp, segere
rek”, ku serap es teh yang ku pesan.
Terdiam masih terdiam
Pandangi untaian batu
membujur lintang
Sungguh mistis
bangunan kaum gaib terdahulu
Penuh adegan
peperangan menarik raga
“hmmmmm…makan dulu aja
lah keburu dingin”, kataku.
“nyam..nyam..nyam enak
juga nih sate”, pikirku
Ditengah ku nikamati
hidangan candi, terucap sebuah kata lelaki misterius menyapaku,
“asli daerah sini ya
mas…?”, tanya salah seorang lelaki.
Kujawab “iya mas tapi
bagian Cetho Temple sana”.
“owh…”, jawab singkat
laki-laki itu.
Setelah habis santapan ku,
kulanjutkan laku ku menuju ke arah penjual tadi,
“buk sampun, niki
sedoyo pinten…?”(buk sudah,ni semua berapa…?), kataku.
“tambah nopo
mas…?”(tambah apa mas…?), sahutnya.
“mboten tambah buk”(ga
tambah buk), jawabku.
“owh…12.500 mas”,
pungkas si penjual.
Lalu ku pamit dan bergegas
menuju parkiran motor, karena suasana sudah tak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Mendung mulai melanda area kaki gunung Lawu dan
kabut mulai berdatangan menyelimuti. Kubayar parkir dan langsung ku kendarai
motor bajaku menuju Karanganyar kota Tenteram, “hmmmmm bahasanya aja yang
“tenteram” namun tak kurasa ketenteraman dalam hidup”, gumamku, yah mungkin gue
terlalu aneh kali dalam rangka menjalani kehidupan ini, hahahahaha.
Ku tinggalkan situs
purbakala itu dan mulai menikmati perjalanan pulangku, sambil memasang alunan
lagu di telinga, lantas ku langkahkan roda berputar pada balutan aspal yang
masih hangat terasa. Di perjalanan tak ku temui sesuatu yang menarik, hanya
saja ada sebuah insiden kecelakaan di per-empatan lampu merah Karangpandan, yah
gue lewat begitu saja, karna ku rasa sudah di tangani pihak yang selalu makan
gaji buta dan sudah banyak juga yang menolong.
Waktu menunjukan 15.20,
dan sampailah gue pada sebuah bangunan kecil yang tak asing bagiku, yah…apa lagi
kalau bukan tempatku bernaung, dalam kotak persegi agak panjang sedikit yang
selalu melindungi aku dari panas dan hujan. Kembalilah aku pada sebuah
kehidupan dimana tak ada seorangpun kecuali kasur, bantal, guling, laptop dan
tumpukan baju yang belum ku setrika serta sebuah gitar yang slalu kumainkan.
Tergolek lemas dan lunglai ku coba merambat ke arah kasur dan menghidupkan
laptop tuk memutar film yang di ciptakan oleh salah seorang komedian yang
berjudul “Marmut Merah Jambu”. Seiring jalannya film tersebut ku mulai
menikmati tontonan yang menurut gue kocak abis dan keren. Seterusnya gue mulai
lupa mau ngapain karena gue sedikit ada goncangan pada otak kanan kiri tengah
dan belakang yang kurasakan bercampur baur dan terfikirkan satu pemikiran yang selalu
terbayang sedari tadi awal keberangkatan ku.
"Andai saja acara dolanku tadi bersama dirimu, pasti kan beda ceritanya"
Kata itulah yang
terlintas, dan gue mulai hilang kendali dan akhirnya hilang ingatan
pula…hahahahaha
Itulah sedikit ceritaku
hari ini, bagi kalian yang masih setia membaca blog gue, tunggu tanggal cerita
terbaru dari gue,,,,”ihhh siapa juga yang mau membaca alur hidupmu”, tiba-tiba
suara setan menyaut….”iri aja nih setan”, pikir ku.
To be Continued….
Nb : Owh iya nih ada
sedikit hasil jepretan gue yang berhasil ane abadikan…
Ini bangunan patung candi
Lalu kalau yang ini
pengunjung candi, hahahahaha
Nah ni juga patung yang
lumayan mesum sih, hahahaha
Latar Candi Sukuh
Ini beberapa relief dari
situs Candi Sukuh
Nah kalau yang ini apa ya
namanya…? Horror deh kalu disebutin
Okey kawan firullizer,
makasih dah mampir diblog ga genah ini ya, hahahahahahahahahaha
Full nature story
BalasHapusThinkyu...
BalasHapus